Laman

Cari Artikel Lainnya disini

sebuah format yang lebih baik untuk pendidikan kita


Dari kita untuk kita

Menemukan sebuah format yang lebih baik untuk pendidikan kita
oleh: Ibnu Wahyurianto


Dunia pendidikan di Indonesia dari hari ke hari tampaknya senantiasa mengalami berbagai persoalan yang sepertinya tiada pernah ada ujungnya. Mulai dari ketidakmampuannya menanggulangi berbagai macam persoalan bangsa sampai pada permasalahan moral bangsa, pendidikan kita menjadi tertuduhnya. Bahkan pendidikan di Indonesia senantiasa disalahkan tatkala tidak mampu melahirkan generasi-generasi bangsa yang bermental baja sebagai generasi penerus bangsa ini. Disamping itu pula, pendidikan acapkali dicap sebagai kambing hitam tatkala kemajuan dan perubahan di negeri tak kunjung menampakan sebuah perbaikan yang mengarah pada kesejahteraan masyarakatnya. Lantas apa yang salah dengan pendidikan kita?
Kalau kita mencoba untuk mengkaji bersama pengertian pendidikan dari beberapa ahli, maka pada dasarnya akan mengerucut pada sebuah kesimpulan bahwa pendidikan merupakan sebuah aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi yang ada, yang diarahkan untuk sebuah pencapaian tujuan pendidikan yang terorganisir dengan baik. Untuk itulah, tertulis secara jelas bahwasanya pendidikan memiliki sebuah tujuan yang sangat mulia dimana diharapkan dengan adanya pendidikan yang baik maka perbaikan dan kesejahteraan masyarakat dapat terwujud.
Pendidikan merupakan sebuah aktivitas atau usaha dari perorangan maupun dari lembaga yang bertujuan meningkatkan potensi-potensi dari peserta didiknya dengan jalan pemberian binaan dan arahan, maka tidaklah salah apabila dalam hal ini sekolah ataupun lembaga-lembaga pendidikan memiliki andil yang sangat besar pada tercapainya tujuan pendidikan, yaitu terwujudnya perubahan ke arah yang lebih baik dan kesejahteraan masyarakat. Disamping lembaga pendidikan yang berperan, tentunya pemerintah terkaitpun juga bertanggung jawab atas keberhasilan dari pendidikan di negeri ini, dalam hal ini departemen pendidikan nasionallah yang berperan. Akan tetapi kalau kita perhatikan bersama terhadap trilogi pendidikan, maka tidak salah apabila masyarakat kitapun memiliki peran yang sama dalam mewujudkan pendidikan yang mampu mengarahkan pada sebuah perubahan yang signifikan terhadap perwujudan masyarakat yang sejahtera. Lantas apa yang kemudian bisa dilakukan oleh ketiga belah pihak tersebut dalam perannya di dunia pendidikan kita ini?
Pemerintah, dalam hal ini departemen pendidikan nasional, selaku pembuat kebijakan di dunia pendidikan tentunya perlu dan wajib untuk membuat dan mendesain sedemikian rupa kebijakan pendidikannya yang tentunya ditujukan untuk tujuan mulia dari pendidikan itu sendiri. Upaya dari pemerintah pada saat ini tentunya bisa dikatakan ibarat dua sisi mata uang, maksimal dan belum maksimal. Tentu saja apabila hal ini didiskusikan bersama masih memunculkan berbagai perdebatan yang panjang dan pastinya akan menguras banyak tenaga untuk sekedar memperdebatkannya. Akan tetapi dalam hal ini, kita akan mencoba untuk menyikapi kebijakan pemerintah kita terkait dengan pelaksanaan atau pemberlakuan kurikulum pendidikan kita. Mengapa? Karena pada dasarnya pangkal dari sebuah desain pendidikan Indonesia berawal dari semangat pendidikan yang dibangunnya yang dituangkan dalam sebuah kurikulum yang baik yang muaranya menuju pada tercapainya tujuan pendidikan.
Indonesia merupakan negara yang sudah sering melakukan perubahan kurikulum. Dimulai dari penerapan kurikulum CBSA di tahun 80an hingga yang terbaru yang digadang-gadang sebagai kurikulum yang terbaik, kurikulum tingkat satuan pendidikan. Apabila kita cermati bersama kurikulum yang terakhir ini sudah cukup memungkinkan bagi setiap pelaksana pendidikan untuk bisa sekiranya memberikan sebuah perubahan yang cukup signifikan dalam ranah pendidikan. Penerapan KTSP yang mengutamakan peningkatan ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dibalut dengan pendekatan praktis sesuai dengan kompetensi dan karakteristik setiap satuan pelaksana pendidikan, diharapkan mampu mengangkat prestasi maupun membawa perubahan signifikan terhadap dunia pendidikan. Paradigma pendidikan yang semula diibaratkan sebagai tempat para pendidik untuk berceramah, dengan penerapan KTSP ini diharapkan mampu untuk menepis anggapan yang miring tersebut. Hal ini dikarekan adanya sebuah tuntutan yang tinggi bagi seorang pendidik yang menerapkan kurikulum KTSP untuk tidak sekedar menjadi seorang penceramah saja, akan tetapi lebih pada bagaimana ia mampu untuk mengarahkan peserta didiknya untuk berbuat lebih.
Tentunya tidak cukup dengan sebuah kebijakan yang baik tanpa didukung oleh elemen-elemen pelaksana kebijakan tersebut. Sebagai konsekuensi dari diberlakukannya kurikulum baru dalam pendidikan kita, maka tidak salah apabila sebuah tuntutan dan harapan yang tinggi disematkan kepada para pendidik kita. Wajar apabila kemudian tuntutan yang tinggi tersebut membuat beberapa tenaga pendidik kita yang gemetar. Seolah-olah mereka khawatir tidak mampu untuk memenuhi tuntutan yang begitu tinggi dari masyarakat luas. Tentunya ketakutan ini tidak boleh terjadi pada setiap pendidik yang ada di Indonesia, karena pada dasarnya setiap mereka telah dibekali dengan berbagai ilmu pendidikan sesuai dengan disiplin ilmu yang mereka ajar. Maka dalam rangka untuk mewujudkan sebuah perubahan dan kesejahteraan di Indonesia melalaui pendidikan, seorang  pengajar profesional sangatlah dibutuhkan.
Guru dan dosen pada akhirnya diakui sebagai sebuah profesi oleh pemerintah kita yang mana dengan segala macam fasilitas yang diberikan diharapkan mampu untuk memberikan sebuah kontribusi positif untuk pendidikan yang baik. Maka berbagai macam training dan seminar peningkatan kapasitas sebagai guru maupun dosenpun dilaksanakan disana sini. Tetapi hal tersebut tentunya bukanlah satu-satunya jalan bagi guru dan dosen untuk meningkatkan kapasitasnya sebagai tenaga pengajar. Visi kemandirian guru dan dosen untuk senantiasa meningkatkan kapasitas dirinya sendiri kiranya juga perlu untuk senantiasa digalakan dengan maksud untuk terus belajar dan mengembangkan metode maupun tehnik pengajarannya untuk sebuah pengajaran yang lebih baik.
Dalam setiap diskusi dan seminar, berbagai persoalan pengajaran senantiasa menjadi bahasan yang menarik untuk didiskusikan. Mulai dari persoalan masalah murid hingga hal-hal yang berbau metodologi pengajaran. Akhirnya dalam implementasi pelaksanaan kurikulum satuan tingkat pendidikan terdapat beberapa pendekatan yang bisa diaplikasikan dalam sebuah pengajaran. Bebrapa diantaranya adalah melalui pendekatan pembelajaran kontekstual yang menekankan pada pengajaran materi yang sesuai dengan realita yang ada dengan menghubungkan pengetahuan yang dimiliki oleh peserata didik dengan dunia nyatanya (lingkunganny). Kemudian terdapat pendekatan yang lainnya yang merupakan perpaduan antara pendidikan dan hiburan, sehingga kita mengenal istilah edutainment. Konsep pendekatan ini dengan menggabungkan pendidikan yang dibalut dengan hiburan yang menyenangkan untuk sebuah pencapaian keberhasilan pengajaran. Selain itu terdapat pula berbagai pendekatan (pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis siswa, dsb) yang bisa membantu para tenaga pengajar kita untuk mewujudkan dan melaksanakan tuntutan tinggi masyarakat kita dalam sebuah perubahan yang signifikan.
Tidak bisa dipungkiri bahwasanya keberadaan pihak ketiga dalam trilogi pendidikan juga ikut andil untuk menyukseskan pelaksanaan pendidikan yang baik. Masyarakat sebagai penggerak utama kehidupan berbangsa dan bernegara memiliki tanggung jawab yang sama untuk mewujudkan perubahan dalam pendidikan ini. Orang tua dan kelompok-kelompok masyarakat di sini peranannya sangatlah vital, terutama dalam memfasilitasi dan ikut berstanggung jawab dalam pembentukan kedewasaan dan pematangan peserta didik sebagai anggota sebuah masyarakat. Selain itu tidalklah menutup kemungkinan bagi kelompok maupun perorangan untuk bersama-sama membantu pelaksanaan pendidikan itu sendiri. Sebagaimana yang telah ada selama ini, adanya gerakan orang tua asuh, subsidi silang biaya pendidikan, sponsorship pendidikan, beasiswa, dsb merupakan sebuah upaya ikut andilnya masyarakat dalam mewujudkan pendidikan yang berorientasi pada kesejahteraan bangsa.
Rindu sekali menantikan ketiga komponen pendidikan ini untuk senantiasa saling mendukung satu dengan lainnnya. Meskipun sering kali kita lihat berbagai bentuk kerjasama diantara ketiganya ini, akan tetapi fakta berbicara lain, pendidikan masih sering menjadi bagian yang sering disalahkan tatkala keterpurukan melanda bangsa ini, tatkala moral anak bangsa tidak bisa dinilai dengan kata baik lagi, maupun ketika terdapat generasi-generasi yang bermental ”kerupuk” . Semoga  harapan besar bersama untuk kemajuan pendidikan ini bisa segera terwujud dan tentunya kesejahteraan yang diidam-idamkanpun akan menjadi kenyataan.